Search
Close this search box.

Terapi untuk Menyembuhkan Perforasi Membran Timpani

Terapi untuk Menyembuhkan Perforasi Membran Timpani

Perforasi membran timpani, atau yang lebih dikenal sebagai pecahnya gendang telinga, terjadi ketika lapisan tipis yang memisahkan saluran telinga dari telinga tengah mengalami lubang atau robekan.

Pecahnya gendang telinga dapat mengakibatkan gangguan pendengaran yang signifikan.

Sayangnya, penanganan kondisi ini tidak dapat dilakukan secara mandiri di rumah karena dapat menimbulkan risiko infeksi dan cedera yang lebih serius tanpa perawatan medis.

Diperlukan tindakan medis atau intervensi bedah untuk mengatasi masalah ini. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hal ini, silakan cari panduan yang lebih terinci di sumber yang relevan.

Berikut ini penjelasan lebih jauh mengenai Perforasi Membran Timpani dari Brilliant Hearing

Penyebab Gendang Telinga Pecah

Gendang telinga yang pecah seringkali disebabkan oleh infeksi telinga, terutama pada anak-anak. Pada kondisi infeksi telinga tengah, atau otitis media akut, cairan biasanya berkumpul di belakang gendang telinga.

Tekanan yang dihasilkan oleh penumpukan cairan dapat menyebabkan membran timpani menjadi tegang dan akhirnya pecah.

1. Perubahan Tekanan

Kegiatan lain yang menyebabkan perubahan tekanan di telinga juga dapat menyebabkan gendang telinga berlubang. Kondisi ini bisa disebabkan oleh:

promo coba alat bantu dengar gratis
Pendengaran anda bermasalah namun masih ragu mau pakai alat bantu dengar?
Manfaatkan Fasilitas Coba alat bantu dengar dari Brilliant Hearing ini Yuk !!!
  • menyelam dengan scuba
  • terbang dalam sebuah pesawat
  • mengemudi di dataran tinggi

2. Cidera dan Trauma

Pecahnya membran timpani juga dapat disebabkan oleh cedera. Setiap bentuk trauma pada telinga atau cedera kepala memiliki potensi untuk menyebabkan robekan atau pecahan pada membran timpani.

Bahkan, tindakan membersihkan telinga dengan cotton buds dapat menimbulkan risiko kerusakan pada gendang telinga jika dilakukan tanpa kehati-hatian.

Selain itu, trauma akustik akibat paparan suara keras juga dapat menghasilkan masalah serupa, meskipun kasus semacam itu tidak sering terjadi.

Gejala Gendang Telinga Pecah

Berikut adalah ciri-ciri gendang telinga pecah yang bisa Anda waspadai.

  • Di saluran telinga berdarah atau berisi nanah.
  • Nyeri telinga yang sangat tajam dan terjadinya mendadak.
  • Penurunan atau kehilangan pendengaran di satu atau semua bagian telinga yang terkena.
  • Mual atau muntah akibat vertigo.
  • Terasa berdering di telinga (tinnitus).
  • Pusing.
  • Ada sensasi berputar (vertigo).

Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Pendengaran, Coba Aplikasi HearWHO!

Terapi Menyembuhkan Perforasi Membran Timpani

Jika mengalami perforasi membran timpani, sebaiknya segera menjalani pemeriksaan untuk mendapatkan rekomendasi pengobatan yang sesuai dari dokter. Biasanya, dokter akan memberikan antibiotik jika terdeteksi adanya infeksi.

Jika cukup parah, ada beberapa prosedur yang akan dilakukan dokter untuk menutup gendang yang pecah, yaitu:

1. Terapi Supportif

Sebanyak 78–90% dari kasus perforasi membran timpani dapat sembuh secara alami dengan terapi suportif. Penting untuk menjaga telinga tetap kering guna menghindari potensi infeksi yang sering terjadi pada telinga yang lembab.

Pada perforasi dengan ukuran kecil, sekitar 94% kasus dapat menutup sendiri dan tidak disarankan untuk menjalani tindakan operasi.

Namun, jika dalam waktu 6 bulan tidak terjadi penyembuhan alami, tindakan miringoplasti atau timpanoplasti dapat menjadi pilihan.[1,2,18]

Perforasi membran timpani yang disebabkan oleh trauma atau perforasi yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan, terutama pada bagian kuadran posterosuperior, memiliki prognosis yang kurang baik.

Oleh karena itu, disarankan untuk segera merujuk pasien ke spesialis otolaringologi untuk mendapatkan tata laksana lebih lanjut.

2. Medikamentosa

Tujuan pemberian terapi obat pada perforasi membran timpani adalah untuk mengatasi keluarnya cairan dari telinga (otorea).

Penggunaan obat tetes telinga perlu diperhatikan karena dapat berhubungan dengan risiko gangguan pendengaran sensorineural.

Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari penggunaan obat tetes telinga yang mengandung gentamycin, neomycin sulfate, atau tobramycin.

Pada beberapa kasus, antibiotik sistemik dapat digunakan untuk mengatasi otorea yang terjadi akibat perforasi membran timpani. Pemilihan antibiotik sebaiknya mempertimbangkan efektivitasnya terhadap infeksi saluran pernapasan.

3. Miringoplasti

Miringoplasti merupakan tindakan penutupan pars tensa membran timpani, di mana bagian membran timpani yang mengalami perforasi ditutup menggunakan grafts yang dapat berasal dari fascia temporalis (biasanya), perikondrium, kartilago tragus, atau vena.

Beberapa kontraindikasi terhadap tindakan ini melibatkan keberadaan sekret aktif dari telinga tengah, otitis eksterna, rhinitis alergi yang belum teratasi, pertumbuhan epitel skuamosa ke dalam telinga tengah, usia di bawah 3 tahun, dan ketidakmampuan penggunaan alat bantu pendengaran.

Baca juga: Rekomendasi Alat Bantu Dengar Untuk Lansia, Mana Yang Cocok?

4. Fat-Graft Myringoplasty

Miringoplasti dengan teknik tandur lemak atau fat-graft myringoplasty melibatkan penempatan lemak yang diambil dari area lobulus telinga, perut, atau bokong pada tepi perforasi membran timpani.

Prosedur ini dapat dipilih untuk perforasi yang berukuran kecil (kurang dari 25%) dan perforasi yang telah berlangsung minimal selama 6 bulan.

Prosedur ini memiliki beberapa batasan, termasuk ketidakmampuan dilakukan pada otitis media kronis yang masih aktif, kasus kolesteatoma dan retraction pocket, abnormalitas tulang pendengaran, serta gangguan pendengaran yang melebihi 30 dB.

Keuntungan prosedur ini antara lain penggunaan hanya anestesi lokal dan dapat dilakukan secara rawat jalan.

Dibandingkan dengan penggunaan fascia temporalis, mendapatkan tandur lemak lebih sederhana. Suatu penelitian melaporkan bahwa setelah menjalani miringoplasti dengan teknik tandur lemak, terdapat peningkatan pendengaran sekitar 14–23 dB.

5. Cautery-Patching

Alternatif lainnya adalah menggunakan teknik cautery-patching, di mana luka kecil dibuat pada tepi membran timpani dengan silver nitrat atau trikloroasetat 50%, lalu ditempati dengan paper patch.

Pembentukan luka baru dilakukan setiap 2 minggu, sementara paper patch diolesi larutan euthymol dua kali sehari dengan dosis dua tetes.

Material yang dapat digunakan untuk paper patch meliputi kertas rokok, steristrip, gelfilm, atau lembar silikon. Waktu yang dibutuhkan agar perforasi menutup dengan teknik ini sekitar 7 bulan.

Prosedur ini memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat diterapkan pada perforasi dengan ukuran lebih dari 5 mm dan mudah lepas saat berbicara, menelan, dan mengunyah.

6. Splintage

Prosedur splintage umumnya digunakan untuk menangani perforasi yang terjadi akibat trauma yang baru terjadi.

Dalam teknik ini, tepi membran timpani yang mengalami perforasi diarahkan dengan hati-hati menggunakan mikroskop.

Selanjutnya, dilakukan penyusunan splint menggunakan gelfoam yang bersifat dapat diserap, ditempatkan melalui celah perforasi ke bagian telinga tengah.

Pada kasus perforasi dengan ukuran yang lebih kecil, splint bisa diletakkan di bagian luar membran timpani dengan menggunakan gelfilm atau lembar silikon.

7. Timpanoplasti

Timpanoplasti merupakan miringoplasti yang disertai dengan rekonstruksi osikular. Prosedur ini umumnya dilakukan di bawah anestesi umum.

Insisi dapat dibuat melalui bagian posterior telinga atau kanalis auditorius eksterna, kemudian membran timpani ditutup dengan menggunakan graft. Graft yang biasanya digunakan berasal dari fascia post-auricular.

Keberhasilan prosedur ini mencapai tingkat 90–95%.

Pada pasien anak, tidak ada batasan usia tertentu untuk menjalani tindakan reparasi membran timpani, karena usia tidak memiliki pengaruh terhadap penutupan perforasi, pendengaran, atau kemungkinan komplikasi pasca-prosedur.

Jika terdapat indikasi, sebaiknya reparasi dilakukan secepat mungkin untuk mencegah gangguan pendengaran konduktif, keterlambatan bicara, otorea kronis, dan perkembangan kolesteatoma jika dibiarkan tanpa tindakan.

Kesimpulan

Banyak kasus pecahnya gendang telinga dapat sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan yang melibatkan intervensi invasif.

Kebanyakan individu yang mengalami pecahnya gendang telinga hanya mengalami kehilangan pendengaran sementara dan umumnya dapat pulih sepenuhnya dalam periode delapan minggu.

Brilliant Hearing adalah Pusat Alat Bantu Dengar Berkualitas dengan produk bergaransi dan harga terjangkau. Kami menyediakan berbagai opsi alat bantu dengar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda.
Bagikan :

Produk Kami

Artikel Lainnya

Brillianthearing.id
Share to Friend/Family:
©️ Brilliant Hearing 2024
Kami Siap Membantu!