Bahasa Isyarat adalah sistem komunikasi visual yang menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh untuk menyampaikan pesan. Bahasa ini terutama digunakan oleh komunitas tunarungu dan orang dengan gangguan pendengaran sebagai sarana utama untuk berkomunikasi.
Setiap negara memiliki bahasa isyaratnya sendiri. Misalnya, American Sign Language (ASL) digunakan di Amerika Serikat dan Kanada, British Sign Language (BSL) digunakan di Inggris. Di Indonesia sendiri dikenal SIBI dan BISINDO bahasa isyarat yang dipakai di Indonesia.
Simak tulisan mengenai SIBI dan BISINDO bahasa isyarat yang dipakai di Indonesia yang dihimpun oleh tim Brilliant Hearing sebagai pusat alat bantu dengar terpercaya di Indonesia berikut ini untuk menambah wawasan Anda.
Apa Itu Bahasa Isyarat?
Bahasa isyarat adalah metode komunikasi menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Berbeda dengan bahasa verbal, bahasa isyarat dirancang untuk menggantikan suara dengan simbol visual yang mudah dipahami. Bahasa ini memiliki tata bahasa, kosakata, dan struktur yang berbeda di setiap negara atau komunitas. Di Indonesia, upaya pengembangan bahasa isyarat telah menjadi bagian dari strategi nasional untuk mendukung masyarakat tuli.
Perkembangan Bahasa Isyarat di Indonesia
Bahasa isyarat di Indonesia mulai berkembang seiring dengan kesadaran akan hak komunikasi bagi penyandang tunarungu. Sejak awal abad ke-20, sekolah untuk tunarungu mulai berdiri di Indonesia, seperti di Bandung dan Yogyakarta. Namun, saat itu metode pembelajaran lebih banyak menggunakan metode oral, yaitu mengajarkan tunarungu untuk membaca gerak bibir dan berbicara, bukan menggunakan bahasa isyarat.
Baca juga: Tips Cepat Dalam Belajar Bahasa Isyarat yang Efektif untuk Pemula
Pada tahun 1954, dr. R. Soeharto mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak-anak tuli di Yogyakarta. Di sinilah bahasa isyarat mulai diajarkan secara formal kepada siswa dengan gangguan pendengaran.
Pada tahun 1981, Indonesia juga turut serta dalam memperingati International Year of Disabled Persons yang dicanangkan oleh PBB, yang semakin memperluas kesadaran masyarakat terhadap pentingnya bahasa isyarat bagi komunitas disabilitas.
Pada tahun 1980-an, komunitas tunarungu di berbagai daerah mulai menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi. Dari sini, berkembang berbagai variasi bahasa isyarat daerah yang kemudian menjadi dasar bagi bahasa isyarat nasional yang hari ini dikenal sebagai SIBI dan BISINDO.
Dua Sistem Bahasa Isyarat di Indonesia: BISINDO dan SIBI
Sejak tahun 1980-an, bahasa isyarat di Indonesia mulai menunjukkan perkembangan yang positif disertai advokasi dari kelompok-kelompok pembela disabilitas dan kelompok difabel lain untuk lebih inklusif dan diakui haknya di tengah-tengah masyarakat seperti yang dilakukan oleh Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) yang terus memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas.
Merujuk pernyataan Adi Kusumo Baroto, Peneliti Bahasa Isyarat di Universitas Indonesia, BISINDO merupakan bahasa isyarat yang berkembang secara alamiah pada kelompok masyarakat tunarungu di Indonesia, sedangkan SIBI merupakan bahasa isyarat yang distandarisasi oleh pemerintah.
Baca juga: Manfaat Bahasa Isyarat Untuk Penderita Tunga Rungu
Setidaknya terdapat seratus jenis bahasa isyarat alami yang berkembang di komunitas tunarungu di dunia, termasuk BISINDO. Contoh lain dari bahasa isyarat alamiah adalah American Sign Language atau ASL dan British Sign Language atau BSL.
Sementara itu, SIBI lahir bukan karena perkembangan bahasa alami pada kelompok masyarakat tunarungu, tetapi berkat sistem atau tata cara alih bahasa dari bahasa lisan ke dalam bahasa isyarat buatan.
Untuk lebih detailnya, berikut penjelasan terkait BISINDO dan SIBI:
Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)
Istilah BISINDO digunakan pertama kali dalam resolusi kongres ke-7 Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) yang diselenggarakan di Makassar pada tahun 2006.
Bahasa Isyarat Indonesia atau yang kerap disingkat menjadi BISINDO merupakan salah satu sistem bahasa isyarat yang terdapat di Indonesia. Kemunculan BISINDO terjadi secara alamiah di kalangan Teman Tuli dan bukan hasil dari konstruksi buatan, sehingga pada akhirnya BISINDO ditetapkan menjadi alat komunikasi utama mereka. Karena muncul secara alami, maka penggunaan BISINDO memiliki variasi gerakan yang berbeda-beda di setiap daerah, tergantung dengan budaya Tuli di daerah tersebut; salah satu contohnya adalah penggunaan BISINDO di Jakarta yang tentunya berbeda dengan penggunaan BISINDO di Bandung dan Yogyakarta. Penggunaan BISINDO sebagai alat komunikasi dilakukan dengan gerakan tangan serta ekspresi wajah dan bahasa tubuh dalam mendukung pemahaman pesan. BISINDO juga terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan Teman Tuli.
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia atau kerap disingkat menjadi SIBI merupakan salah satu sistem bahasa isyarat yang ada di Indonesia dan dibuat secara khusus untuk menyesuaikan bahasa isyarat dengan struktur bahasa Indonesia. SIBI dirancang agar lebih mudah dipahami oleh orang-orang yang sudah menguasai bahasa Indonesia lisan, terutama dalam konteks pendidikan formal. Jika BISINDO terbentuk secara alami dalam komunitas Tuli, maka SIBI merupakan sebuah sistem bahasa isyarat yang dibentuk oleh mantan kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) yang merupakan orang dengar. Pembuatan SIBI diadopsi dari bahasa isyarat Amerika (ASL) dan telah diresmikan oleh pemerintah Indonesia. Dalam penggunaannya, SIBI biasanya digunakan pada pembelajaran di SLB. Namun, penggunaan SIBI sebenarnya dianggap lebih sulit oleh Teman Tuli karena mengandung kosakata yang baku dan rumit yang disesuaikan dengan KBBI, serta memiliki awalan dan akhiran, berbeda dengan BISINDO yang penggunaannya lebih sederhana.
Peran Komunitas dan Teknologi dalam Pengembangan Bahasa Isyarat
Komunitas tunarungu dan aktivis bahasa isyarat memainkan peran penting dalam pengembangan dan penyebaran bahasa isyarat di Indonesia. Beberapa langkah yang telah dilakukan, antara lain:
Peningkatan kesadaran publik melalui media sosial dan kampanye advokasi, program pelatihan bahasa isyarat bagi masyarakat umum, tenaga pendidik, dan tenaga kesehatan serta engembangan teknologi seperti aplikasi penerjemah bahasa isyarat dan subtitel di media elektronik untuk memperluas akses komunikasi.
Tantangan dan Masa Depan Bahasa Isyarat di Indonesia
Meskipun bahasa isyarat semakin dikenal, masih ada beberapa tantangan yang dihadapi seperti minimnya pengakuan resmi terhadap BISINDO dalam sistem pendidikan dan pemerintahan. Hal ini berpengaruh terhadap preferensi bahasa isyarat yang digunakan di kalangan tunarungu.
Kurangnya penerjemah bahasa isyarat di berbagai layanan publik, termasuk rumah sakit dan pengadilan turut menyebabkan beberapa akses kesehatan untuk kelompok difabel belum inklusif, ditambah lagiketerbatasan akses bagi tunarungu dalam memperoleh pendidikan berbasis bahasa isyarat.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak, pengembangan bahasa isyarat di Indonesia terus mengalami kemajuan. Diharapkan ke depan, bahasa isyarat bisa semakin diterima dan digunakan dalam berbagai sektor kehidupan, sehingga komunikasi yang inklusif bagi penyandang tunarungu dapat terwujud.
Kesimpulan
Sebagai dua sistem bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia, SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) memiliki peran penting dalam komunikasi bagi komunitas Tuli. SIBI dikembangkan dengan struktur yang lebih sesuai dengan tata bahasa Indonesia tertulis dan banyak digunakan dalam pendidikan formal, sementara BISINDO lebih alami karena berkembang secara organik di komunitas Tuli dengan tata bahasa yang khas dan lebih ekspresif.
Meski berbeda dalam sistem dan penggunaannya, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mendukung aksesibilitas komunikasi bagi penyandang disabilitas pendengaran. Ke depan, harapannya adalah semakin banyak dukungan terhadap inklusivitas bahasa isyarat di berbagai aspek kehidupan, sehingga hak komunikasi bagi komunitas Tuli dapat semakin dihormati dan dipenuhi.
Jika Anda ingin berkonsultasi mengenai gangguan pendengaran, percayakan kepada Brilliant Hearing sebagai pusat alat bantu dengar terpercaya di Indonesia. Layanan kami meliputi konsultasi pendengaran, tes audiometri, refitting alat bantu dengar dan free field test.
Brilliant Hearing merupakan distributor resmi dari WSAudiology, produsen alat bantu yang berkantor pusat di Denmark dan Singapura yang berdiri sejak tahun 1878. Kami juga menawarkan layanan diagnosis akurat yang didukung oleh tim audiologis dan konsultan berpengalami yang disupervisi langsung oleh ex country manager WSAudiology. Jika Anda membutuhkan tes pendengaran atau konsultasi alat bantu dengar untuk Anda, segera hubungi kami di kontak yang tertera di website.