Search
Close this search box.

Deteksi Dini Gangguan Pendengaran: Manfaat Tes Otoacoustic Emissions

Tes Otoacoustic Emissions

Anda mengalami gangguan pendengaran? Gangguan pendengaran dapat dideteksi dengan tes Otoacoustic Emissions. Berikut informasinya dari Brilliant Hearing tentang deteksi dini gangguan pendengaran dengan tes otoacoustic emissions.

Gangguan Pendengaran

Mengalami gangguan pendengaran dapat dialami oleh siapa saja dari anak-anak hingga orang dewasa. Bahkan bayi yang baru lahir juga dapat mengalami gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan atau kehilangan kemampuan pendengaran secara total atau sebagian.

Gangguan pendengaran dapat bersifat sementara atau permanen dan dapat mempengaruhi satu atau kedua telinga. Beberapa jenis gangguan pendengaran melibatkan berbagai tingkat kehilangan pendengaran, seperti tuli sebagian atau tuli total.

Mengalami gangguan pendengaran dapat terjadi akibat faktor usia, paparan kebisingan, mengalami infeksi telinga, trauma telinga, obat-obatan tertentu, dan lain-lain.

Gangguan pendenagan pada setiap orang ini berbeda-beda tergantung dari penyebab dan tingkat keparahan gangguan pendengaran.

Gangguan Pendengaran Pada Bayi

Pada bayi dapat mengalami gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran pada bayi adalah keadaan ketika fungsi telinga bayi tidak berjalan normal.

promo coba alat bantu dengar gratis
Pendengaran anda bermasalah namun masih ragu mau pakai alat bantu dengar?
Manfaatkan Fasilitas Coba alat bantu dengar dari Brilliant Hearing ini Yuk !!!

Kejadian gangguan pendengaran terjadi pada 1-3 bayi baru lahir per 1.000 kelahiran, di mana 1-2 dari 1.000 bayi mengalami gangguan pendengaran permanen selama masa kanak-kanak.

Sebagaimana diketahui, fungsi utama telinga adalah menerima suara dan mengubah sinyal tersebut agar dapat dimengerti oleh otak. Namun, pada kasus gangguan pendengaran, telinga tidak dapat beroperasi secara efektif, membuat bayi tidak dapat mendengar suara atau percakapan di sekitarnya.

Ada beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab gangguan pendengaran pada bayi. Kondisi tersebut dapat terjadi sejak bayi lahir atau berkembang seiring bertambahnya usia.

Gangguan pendengaran bawaan dapat bersifat genetik atau disebabkan oleh infeksi selama kehamilan. Sementara gangguan pendengaran yang didapat seiring bertambahnya usia bisa disebabkan oleh faktor seperti meningitis, infeksi telinga berulang, trauma, atau penggunaan obat-obatan tertentu.

Gangguan pendengaran ini dapat dideteksi dini dengan melakukan tes Otoacoustic Emissions. Berikut ini penjelasannya tentang tes Otoacoustic Emissions.

Mengenal Otoacoustic Emissions

Otoacoustic Emissions atau dikenal dengan tes OAE merupakan metode skrinning yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi sela rambut di dalam koklea, yaitu rumah siput telinga.

Tes Otoacoustic Emissions ini memanfaatkan perangkat berbentuk headset untuk mengukur getaran suara di dalam liang telinga. Otoacoustic Emission (OAE) merujuk pada gelombang yang dihasilkan oleh sel rambut halus di bagian luar koklea sebagai respons terhadap rangsangan.

Keberadaan gelombang yang dihasilkan oleh sel rambut halus ini menunjukkan bahwa fungsi rumah siput berjalan dengan baik, yang secara langsung berkaitan dengan fungsi pendengaran.

Pemeriksaan OAE atau tes Otoacoustic Emissions sering dilakukan di rumah sakit sebagai skrining awal pada bayi yang baru lahir untuk mengetahui apakah ada gangguan pendengaran.

Di banyak negara maju, skrining bayi telah menjadi keharusan tanpa pengecualian dan dikenal dengan istilah Universal Newborn Screening.

Pentingnya tes Otoacoustic Emissions Pada Bayi

Tes Otoacoustic Emissions

Tes Otoacoustic Emissions pada bayi sangat penting karena tes ini memiliki signifikansi yakni jika gangguan pendengaran tidak terdeteksi dan dibiarkan tumbuh, maka risiko gangguan kemampuan bicara pada anak akan meningkat.

Uji otoacoustic emissions menggunakan perangkat berbentuk headset mampu mengukur getaran suara di dalam liang telinga. Suara ini kemudian ditangkap oleh sel rambut setelah sebelumnya merangsang gendang telinga dan melewati tulang pendengaran.

Stimulus yang ditangkap oleh sel rambut menghasilkan getaran yang kemudian diukur oleh penerima, dan keputusan mengenai fungsi koklea diambil berdasarkan perbedaan amplitudo yang diterima.

Gangguan pada sel rambut ini biasanya terjadi pada bayi dengan kondisi seperti kelahiran prematur, kadar bilirubin tinggi, kuning pada saat lahir, kejang, riwayat infeksi toxoplasma, rubella, dan herpes selama kehamilan, serta faktor genetik.

Untuk bayi dengan faktor risiko di atas, pemeriksaan skrining OAE perlu dilakukan untuk mendeteksi kemampuan pendengaran mereka.

Selain itu, tes Otoacoustic Emissions juga sebagai deteksi dini pada anak terkait dengan gangguan pendengaran. Bagi anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat mengalami kesulitan berkomunikasi, kesulitan berinteraksi, kesulitan dalam belajar, membutuhkan sekolah atau pendidikan khusus, serta kesulitan bersaing bahkan sampai ke dunia kerja.

Jenis Pemeriksaan tes Otoacoustic Emissions

Berikut ini terdapat empat jenis pemeriksaan tes Otoacoustic Emissions yang umum dilakukan di bidang medis.

Transient Otoacoustic Emissions (TOAEs)

Jenis pemeriksaan Transient Otoacoustic Emissions (TOAEs) ini suara yang dihasilkan adalah respons terhadap rangsangan akustik dan memiliki durasi yang sangat singkat. Suara dapat berupa ‘klik’ atau dapat berubah menjadi nada semburan.

Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAEs)

Selanjutnya jenis pemeriksaan Distortion Product Otoacoustic Emission (DPOAEs) ini suara dipancarkan sebagai respon terhadap dua nada simultan dari frekuensi berbeda.

Spontaneous Otoacoustic Emissions (SOAEs)

Pada tes Spontaneous Otoacoustic Emissions (SOAEs), Suara dipancarkan tanpa adanya stimulus akustik, yakni secara spontan.

Transient Otoacoustic Emissions (SFOAEs)

Pada pemeriksaan Transient Otoacoustic Emissions (SFOAEs) suara dipancarkan sebagai respons terhadap nada kontinu.

Cara tes Otoacoustic Emissions

Pemeriksaan Otoacoustic Emissions dilaksanakan dengan menempelkan sumbat kecil ke telinga bayi atau anak selama beberapa detik, mirip dengan pemeriksaan Timpanometri. Otoacoustic Emissions screener biasanya dilengkapi dengan speaker dan mikrofon mini yang dilapisi sumbat dari bahan lembut (eartip).

Speaker mengirimkan stimulus ke dalam liang telinga, yang kemudian direspons oleh koklea. Hantaran suara ini kemudian dideteksi oleh mikrofon dan diukur oleh screener.

Berbagai elemen dalam telinga ikut terlibat dalam pemeriksaan Otoacoustic Emissions, termasuk sumber suara, gendang telinga, rantai tulang pendengaran, telinga bagian dalam, dan sel-sel rambut luar. Struktur yang sama berfungsi untuk menghantarkan suara yang dipancarkan oleh sel-sel rambut luar.

Apabila terdapat resonansi atau filter antara sumber suara dan mikrofon selama pemeriksaan, hal ini akan mengubah spektrum frekuensi Spontaneous Otoacoustic Emissions (SOAEs). Oleh karena itu, Spontaneous Otoacoustic Emissions (SOAEs) dapat dianggap sebagai pantulan atau “mencerminkan” kombinasi fungsi telinga dalam dan luar atau tengah.

Individu dengan saluran telinga yang kecil, seperti bayi, berbeda dari orang dewasa karena perbedaan ukuran telinga eksternal dan tengah. Inilah sebabnya mengapa pemeriksaan ini sering dilakukan pada bayi yang baru lahir.

Terdapat dua metode dalam tes Otoacoustic Emissions:

Sweep OAE

Pada metode Sweep Otoacoustic Emissions, dalam proses pemeriksaan, alat yang digunakan  akan menggeser seluruh spektrum Otoacoustic Emissions untuk menemukan area drop-out yang mungkin tidak terdeteksi. Pemeriksaan Otoacoustic Emissions dengan metode ini umumnya dilakukan ketika seseorang mengalami gejala tinnitus (telinga berdengung).

Contralateral Suppression

Selanjutnya dengan metode Pemeriksaan Otoacoustic Emissions jenis Contralateral Suppression dilakukan dengan memperkenalkan suara tambahan ke telinga yang berlawanan atau yang tidak sedang diperiksa.

Amplitudo Transient Otoacoustic Emissions (TOAEs) di telinga yang berlawanan dengan suara masking akan dikurangi dalam pemeriksaan ini. Efek ini kemudian dikaitkan dengan perubahan mikromekanik koklea melalui neuron kompleks olivary superior medial.

Walaupun demikian, hasil dari pemeriksaan OAE ini belum cukup dapat diandalkan untuk penggunaan klinis, sehingga serangkaian tes tambahan diperlukan.

Otoacoustic Emissions sebagai Deteksi Dini Gangguan Pendengaran

Tes Otoacoustic Emissions

Pemeriksaan otoacoustic emissions dilakukan untuk mendeteksi gangguan pendengaran. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada bayi baru lahir, karena jika ada gangguan pendengaran pada usia ini, tindakan medis lebih lanjut dapat segera dilakukan untuk mencegah gangguan pendengaran permanen atau masalah kesehatan lainnya.

Tes Otoacoustic Emissions bertujuan untuk menilai status koklea, terutama fungsi sel rambut. Selain itu tes ini juga dapat bermanfaat untuk menyaring pendengaran, terutama pada neonatus, bayi, atau individu dengan kelainan perkembangan, mengevaluasi sejauh mana sensitivitas pendengaran dalam rentang tertentu, membedakan antara komponen sensorik dan saraf dalam kehilangan pendengaran sensorineural dan mendeteksi gangguan pendengaran fungsional.

Penting untuk dicatat bahwa tes Otoacoustic Emissions dapat dilakukan pada pasien yang sedang tidur atau bahkan dalam keadaan koma, karena tidak memerlukan respon perilaku.

Koklea yang normal tidak hanya menerima suara, tetapi juga menghasilkan suara rendah yang disebut Otoacoustic emissions. Suara ini dihasilkan khususnya oleh sel-sel rambut luar koklea saat mengembang dan berkontraksi.

Hasil yang diharapkan dari pemeriksaan Otoacoustic emissions adalah telinga mengalami pendengaran normal Kemudian dengan Otoacoustic emissions dapat mendeteksi gangguan pendengaran, kotoran di telinga, cairan, atau infeksi di telinga tengah atau bagian dalam.

Kapan tes Otoacoustic Emissions dilakukan?

Melakukan pemeriksaan otoacoustic emission penting dilakukan sejak dini. Bahkan sejak bayi baru lahir.

Tujuan dari tes Otoacoustic Emissions adalah untuk mendeteksi tanda-tanda gangguan pendengaran pada anak secepat mungkin.

Pada pasien yang berusia di bawah satu tahun, rehabilitasi pendengaran masih dapat dilakukan dengan efektif jika orangtua proaktif melakukan uji pendengaran pada tahap awal.

Jika tidak ada masalah yang terdeteksi, bayi tanpa risiko dapat terus dipantau untuk perkembangan bicaranya hingga mencapai usia 2 tahun.

Namun, bagi bayi dengan faktor risiko, evaluasi audiologi perlu dilakukan setidaknya setiap 6 bulan hingga usia anak mencapai 3 tahun. Jika terdapat gangguan pendengaran pada pemeriksaan awal, evaluasi tambahan dengan pemeriksaan pendengaran berikutnya perlu dilakukan pada usia 1 bulan.

Tes Otoacoustic Emissions ini dapat dilakukan di rumah sakit yang menyediakan layanan atau peralatan yang memadai.

Segera konsultasikan pendengaran pada bayi Anda untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada anak.

Demikian informasi dari Brilliant Hearing mengenai tes Otoacoustic Emissions sebagai pendeteksi dini gangguan pendengaran pada bayi. Semoga informasi yang telah diberikan dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

Bagi Anda yang membutuhkan alat bantu dengar, Anda dapat menghubungi atau mengunjungi website brilliant hearing. Brilliant Hearing merupakan pusat alat bantu dengar yang menjadi solusi untuk gangguan pendengaran Anda.

Bagikan :

Produk Kami

Artikel Lainnya

Brillianthearing.id
Share to Friend/Family:
©️ Brilliant Hearing 2024
Kami Siap Membantu!