Gangguan Pendengaran pada Penderita Down Syndrome: Fakta dan Penanganan

gangguan pendengaran pada penderita down syndrome

Apakah Anda tahu tentang gangguan pendengaran pada penderita down syndrome? Yuk, ketahui fakta dan penanganannya. 

Down Syndrome dan Hipotiroid

Down syndrome merupakan kelainan genetik yang dibawa sejak lahir dan sudah terjadi saat masa embrio. Kelainan genetik ini terjadi karena adanya kesalahan dalam pembelahan sel yang menghasilkan salinan 3 kromosom 21 sehingga memiliki 47 kromosom. 

Anak-anak dengan down syndrome memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami disfungsi tiroid dibandingkan anak normal lainnya. Umumnya, mereka akan mengalami kesulitan berbicara, gangguan pendengaran, perkembangan motorik yang terlambat, serta daya intelektual yang terbatas. 

Kelainan pada tiroid yang berupa hipotiroid umumnya dapat terjadi pada anak dengan down syndrome. Hormon tiroid memiliki peranan yang penting pada 3 tahun pertama kehidupan yang merupakan masa kritis pertumbuhan dan perkembangan susunan saraf. 

Hipotiroid dan Gangguan Pendengaran

Hipotiroid kongenital sendiri merupakan kekurangan hormon tiroid pada bayi yang baru lahir. Kekurangan hormon tiroid pada masa tersebut akan menyebabkan retardasi mental, gangguan saraf, dan pertumbuhan terhambat. Gangguan pendengaran sensorineural merupakan gangguan pendengaran yang ditemukan pada sekitar 20% kasus hipotiroid kongenital. 

Kelainan tiroid pada down syndrome akan memperparah perkembangan anak. Gangguan tiroid ini bisa disebabkan karena beberapa efek genetik yang dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar tiroid. 

Pada penderita down syndrome, ukuran kelenjar tiroid ini lebih kecil dan folikel yang sedikit dan kecil. Selain itu, juga terjadi kegagalan hormogenesis hormon tiroid. 

Hormon tiroid sendiri memiliki peranan yang penting pada morfogenesis, perkembangan, dan maturasi jalur pendengaran. Hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan memori, bahasa, dan kemampuan belajar anak. 

promo coba alat bantu dengar gratis
Pendengaran anda bermasalah namun masih ragu mau pakai alat bantu dengar?
Manfaatkan Fasilitas Coba alat bantu dengar dari Brilliant Hearing ini Yuk !!!

Pembentukan struktur telinga bagian dalam juga bergantung pada kadar hormon tiroid. Oleh karena itu, adanya kelainan pada hormon tiroid di perkembangan awal usia akan merusak struktur sensorik telinga bagian dalam. 

Gangguan pendengaran karena hipotiroid dapat berupa gangguan pendengaran konduktif, sensorineural, atau campuran. 

Down Syndrome dan Gangguan Pendengaran

Anak dengan down syndrome memiliki beberapa tanda yang mempengaruhi beberapa sistem organ. Beberapa tanda yang umum terjadi adalah disabilitas intelektual, hipotonia, wajah yang khas, penyakit jantung bawaan, dan pertumbuhan yang terlambat. 

Pada bagian telinga, anak dengan down syndrome biasanya mengalami penyempitan saluran telinga dan hipotonia pada tuba eustachius. Hal tersebut menyebabkan disfungsi eustachius, otitis media efusi, serta gangguan pendengaran konduktif maupun sensorineural. 

Diagnosis Down Syndrome, Hipotiroid Kongenital, dan Gangguan Pendengaran

Untuk mendiagnosis down syndrome, dapat dilakukan tes skrining. Tes skrining ini bisa dilakukan sebelum bayi lahir dengan melakukan tes darah (skrining serum) dan ultrasonografi. Selain itu, dapat juga dilakukan chorionic villus sampling (CVS) pada kehamilan trimester pertama serta amniosentesis pada trimester kedua. 

Untuk deteksi hipotiroid kongenital, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui skrining neonatal. Tujuannya adalah untuk mencegah kecacatan karena gangguan perkembangan saraf dan mengoptimalkan perkembangannya. Skrining dengan pemeriksaan TSH merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan paling baik dilakukan pada 48-72 jam setelah bayi lahir. 

Deteksi gangguan pendengaran melalui skrining perlu dilakukan sejak bayi baru lahir dalam usia 1 bulan. Tujuannya adalah untuk menghindari keterlambatan diagnosis dan intervensi sehingga dapat meningkatkan perkembangan bicara dan bahasa anak. 

Untuk mendiagnosis adanya gangguan pendengaran, ada beberapa pemeriksaan pendengaran yang bisa dilakukan. Berikut ini adalah penjelasannya. 

1. Timpanometri

Timpanometri merupakan pemeriksaan non-invasif. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengukur besarnya tekanan intra timpani dan fungsi telinga tengah tanpa harus mencoblos membran timpani. 

2. Otoacoustic Emissions (OAE)

OAE merupakan gelombang suara yang dihasilkan oleh koklea secara spontan maupun melalui rangsangan. Terdapat dua jenis OAE, yaitu Spontaneous otoacoustic emissions (SOAE) dan Evoked otoacoustic emissions (EOAE). 

SOAE merupakan OAE yang muncul secara spontan tanpa harus memberikan rangsangan. Sedangkan EOAE merupakan OAE yang muncul setelah diberikan rangsangan dari luar. 

3. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)

BERA merupakan salah satu pemeriksaan auditory evoked potential (AEP) yang merupakan pemeriksaan elektrofisiologis yang objektif dan non-invasif. Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai respon sistem auditorik, termasuk batang otak terhadap bunyi yang didengar, sehingga dapat diketahui ambang dengar ataupun letak lesi pada sistem auditorik tersebut. 

4. Auditory Steady State Response (ASSR)

ASSR merupakan respon elektrofisiologis yang timbul karena stimulus pendengaran yang berulang secara berkala. ASSR ini merupakan pemeriksaan yang objektif dengan menggunakan frekuensi rangsangan yang spesifik (0.5, 1, 2, 4 kHz) yang bertujuan untuk membuat perkiraan audiogram untuk menilai ambang dengar. 

gangguan pendengaran pada penderita down syndrome

Penanganan Anak dengan Gejala Down Syndrome

Anak-anak dengan down syndrome memiliki kondisi yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Untuk menangani anak dengan down syndrome memang bukanlah perkara yang mudah. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui cara menangani anak dengan down syndrome sehingga mereka tetap bisa hidup dengan sehat dan produktif. 

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan bagi para orang tua untuk menangani anak dengan down syndrome. 

1. Terapi Fisik

Untuk menangani anak dengan down syndrome yang pertama yaitu dengan melakukan terapi fisik. Terapi fisik untuk down syndrome ini meliputi aktivitas dan latihan. Terapi ini akan membantu membangun keterampilan motorik, meningkatkan kekuatan otot, dan memperbaiki postur serta keseimbangan anak dengan down syndrome. 

Terapi fisik memiliki peran penting pada awal kehidupan anak. Sebab, kemampuan fisik ini akan menjadi dasar untuk keterampilan lainnya, seperti membalik, merangkak, atau menjangkau. 

2. Terapi Bicara

Terapi bicara akan membantu anak dengan down syndrome untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menggunakan bahasa. Terapi ini akan membantu anak down syndrome untuk mengembangkan keterampilan awal yang dibutuhkan untuk berkomunikasi, yaitu meniru suara. 

3. Terapi Kerja

Penanganan untuk anak down syndrome selanjutnya adalah dengan terapi kerja. Terapi kerja akan membantu anak down syndrome untuk menemukan cara untuk menyesuaikan tugas dan kondisi sehari-hari sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Terapi ini akan mengajarkan anak tentang keterampilan perawatan diri, seperti makan, berpakaian, atau menulis. 

4. Terapi Okupasi

Terapi okupasi menawarkan alat khusus yang akan membantu memperbaiki fungsi sehari-hari, misalnya pensil yang lebih mudah digenggam. Pada tingkat SMA, terapis okupasi dapat membantu remaja untuk mengidentifikasi karir atau keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. 

5. Pemberian Obat serta Suplemen

Beberapa orang yang memiliki down syndrome mengonsumsi suplemen asam amino atau obat-obatan yang dapat mempengaruhi aktivitas otak mereka. Namun, perawatan ini kurang terkontrol dan justru menimbulkan berbagai efek samping. Oleh karena itulah, obat psikoaktif batu yang jauh lebih spesifik telah dikembangkan. 

6. Perangkat Bantu

Beberapa anak dengan down syndrome juga menggunakan alat bantu untuk meningkatkan pembelajaran atau membuat tugas mereka menjadi lebih mudah untuk diselesaikan. Misalnya perangkat amplifikasi untuk masalah pendengaran, alat musik untuk membantu pergerakan, pensil khusus untuk memudahkan saat menulis, komputer layar sentuh, atau komputer dengan keyboard huruf besar. 

Penanganan Gangguan Pendengaran pada Penderita Down Syndrome

Gangguan pendengaran memiliki kaitan erat dengan disfungsi kelenjar tiroid. Bisa dikatakan bahwa sistem pendengaran sangat sensitif terhadap gangguan sistem tiroid. 

Pengobatan pada hipotiroid kongenital akan memberikan jaminan tumbuh kembang anak yang optimal dengan menjamin kebutuhan hormon tiroid sesuai masa pertumbuhannya. Satu-satunya obat untuk hipotiroid adalah levotiroksin (L-T4). Obat tersebut dapat diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis hipotiroid dilakukan. 

Kemudian terapi dapat dimulai sebelum bayi berusia 2 minggu. Sebab, otak bayi yang sedang berkembang sangat membutuhkan hormon tiroid untuk waktu 2 hingga 3 tahun pertama kehidupannya. 

Jika ditemukan adanya gangguan pendengaran, maka dianjurkan untuk menggunakan alat bantu dengar. American Joint Committee on Infant Hearing (AJCIH) merekomendasikan untuk menggunakan alat bantu dengar sebelum usia 6 bulan. 

Namun, apabila penggunaan alat bantu dengar ini tidak membantu, maka cara lain yaitu dengan melakukan implan koklea. Selain penggunaan alat bantu dengar atau implan koklea, anak juga diberi terapi wicara atau terapi audio verbal sehingga mereka bisa mendeteksi suara dan selanjutnya dapat berkomunikasi. 

Penutup

Dapat disimpulkan bahwa down syndrome dengan hipotiroid kongenital merupakan salah satu faktor yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran. Oleh karena itu, diperlukan diagnosis dini untuk gangguan pendengaran pada penderita down syndrome.

Bagi Anda yang sedang mencari alat bantu dengar, Anda bisa mengunjungi pusat alat bantu dengar. Ada banyak pilihan alat bantu dengar dengan harga terjangkau. Dengan mengedepankan kualitas, alat bantu dengar disini dirancang untuk memberikan kualitas suara yang luar biasa dan tentunya mudah dioperasikan oleh penggunanya. 

Bagikan :
Kami Siap Membantu!